Kamis, 09 April 2015

Kabaintelkam Polri Soal Situs Radikal: Cermati Dahulu Sebelum Ditutup

Jakarta - Kabaintelkam Polri Komjen Djoko Mukti Haryono berkata, pemblokiran situs-situs radikal harus dilakukan dengan cermat. Menurutnya bukan perkara mudah menutup situs radikal secara permanen, sebab tidak menutup kemungkinan dengan mudah akan muncul lagi dengan bentuk baru. "Situs yang dibuka di internet ini, kalau masih ada sampel, ditutup sini dibuka sana, keluar lagi, jadi nggak selesai-selesai. Inilah yang menjadi PR bagi kita bagaimana mencermati situs-situs yang memang harus didalami sebelum dilakukan pemblokiran," kata Djoko. ‎Djoko menyampaikan ini dalam diskusi bertajuk "Efektifitas‎ Pemblokiran Situs Radikal dalam Memerangi Terorisme‎" yang digelar di Kampus Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ), Jalan Dharmawangsa I, Jaksel, Jumat (10/4/2015). Acara ini diprakarsai oleh Pusat Kajian Keamanan Nasonal (Puskamnas) UBJ. Hadir dalam kesempatan itu Kepala Puskamnas Prof, Hermawan Sulistyo, Rektor UBJ Irjen (Purn) Bambang Karsono, dan Wakil Ketua Umum PBNU, K.H As'ad Ali. Djoko menilai bahwa pemblokiran situs radikal yang telah dilakukan pemerintah merupakan suatu hal yang bagus untuk mencegah dan menangkap penyebaran paham-paham radikal. Namun terkait situs di dunia maya, seharusnya tidak tema ISIS saja yang diperhatikan, melainkan juga situs-situs pornografi dan lainnya yang dapat merusak generasi bangsa. ‎"Soal pemblokiran situs radikal, menurut pandangan saya sebagai Kabaintelkam, hal ini sangat bagus, meskipun masih ada elemen lain, bukan saja masalah ISIS saja, tapi juga situs porno dan lain sebagainya. Tapi bahwa situs porno lebih mudah diblokir (daripada ISIS)," pungkasnya. ‎Dari 22 situs yang sempat diblokir pemerintah, lanjut Djoko, tidak semuanya memberi respons yang sama. Ada yang protes dan ada yang tidak. Menurutnya, pemilik situs yang tidak protes itu layak diduga merupakan milik dari kelompok radikal. "Dari 22 situs itu, di antara mereka ada yang protes ada yang tidak. Yang tidak protes itu, mungkin dari kelompok militan," tuturnya. Ikuti berbagai berita menarik hari ini di program "Reportase Sore" TRANS TV Senin sampai Jumat pukul 16.45 WIB (idh/bar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar